Tehnik Pergerakan Kamera

Tugas Fotografi
Ammara Phramaisheila XI – TP4 A
Tehnik Pergerakan Kamera

Still/Diam
_MG_5499 still

Judul foto : Motor siapa?
Tempat Pengambilan Gambar : Didepan gerbang sekolah SMKN 1 Cimahi, Jln. Mahartanegara no 48 Cimahi
Deskripsi Foto : Ini adalah foto mengenai objek yang bergerak, yaitu sepeda motor yang terlihat pada gambar diambil dengan menggunakan teknik still.

Data Teknis

File
Item type : JPEG image
Size : 817 KB
Attributes : A

Image
Date taken : 26 September 2015 8:35 AM
Dimensions : 3143 x 2095
Width : 3143pixels
Height : 2095 pixels
Horizontal resolution : 72 dpi
Vertical resolution : 72dpi
Bit deph : 24
Resoulution unit : 2
Color representation : sRGB

Camera
Camera maker : Canon
Camera model : Canon EOS 500D
F-stop : f/5.6
Exposure time : 1/200 sec.
ISO Speed : ISO-200
Exposure bias : 0 step
Focal lengh : 18 mm
Metering mode : Pattern
Flash mode : No flash, compulsony

Advanced Photo
White balance : Auto
Exif version : 0221

Panning

Ammara pann
Judul foto : Mobil jalanan
Tempat Pengambilan Gambar : Didepan gerbang sekolah SMKN 1 Cimahi, Jln. Mahartanegara no 48 Cimahi
Deskripsi Foto : Ini adalah foto mengenai objek yang bergerak, yaitu sebuah mobil bagus yang terlihat pada gambar diambil dengan menggunakan teknik panning dengan mengikuti objek secara mendatar dan searah.

Data Teknis

File
Item type : JPEG image
Size : 783 KB
Attributes : A

Image
Date taken : 27 September 2015 4:34 AM
Dimensions : 1920 x 1280
Width : 1920 pixels
Height : 1280 pixels
Horizontal resolution : 72 dpi
Vertical resolution : 72dpi
Bit deph : 24
Resoulution unit : 2
Color representation : sRGB

Camera
Camera maker : Canon
Camera model : Canon EOS 700D
F-stop : f/22
Exposure time : 1/20 sec.
ISO Speed : ISO-400
Exposure bias : 0 step
Focal lengh : 18 mm
Metering mode : Pattern
Flash mode : No flash, compulsony

Advanced Photo
White balance : Manual
Exif version : 0230

Tilling

Ammara til
Judul foto : Riska loncat
Tempat Pengambilan Gambar : Didepan gerbang sekolah SMKN 1 Cimahi, Jln. Mahartanegara no 48 Cimahi
Deskripsi Foto : Ini adalah foto mengenai objek yang bergerak, yaitu seorang anak perempuan yang meloncat diambil dengan menggunakan teknik tilling dengan mengikuti pergerakan objek melompat keatas.

Data Teknis

File
Item type : JPEG image
Size : 1.4 MB
Attributes : A

Image
Date taken : 27 September 2015 4:54 AM
Dimensions : 1920 x 1280
Width : 1920 pixels
Height : 1280 pixels
Horizontal resolution : 72 dpi
Vertical resolution : 72dpi
Bit deph : 24
Resoulution unit : 2
Color representation : sRGB

Camera
Camera maker : Canon
Camera model : Canon EOS 700D
F-stop : f/4
Exposure time : 1/400 sec.
ISO Speed : ISO-400
Exposure bias : 0 step
Focal lengh : 18 mm
Metering mode : Pattern
Flash mode : No flash, compulsony

Advanced Photo
White balance : Manual
Exif version : 0230

Macam macam kamera Analog

Jenis Kamera Analog

  1. KAMERA SLR (SINGLE-LENS REFLEX)
    20150926_111838-1
    Ciri-ciri :
    -hanya menggunakan satu lensa, dan satu lensa itu digunakan untuk melihat obyek serta mengambil gambar.
    -gambar yang didapatkan sama dengan gambar yang dilihat melalui viewfinder camera.
    -Pemfokusan dan pembesaran obyek dapat dilakukan secara manual dengan cara menyesuaikan lensanya.
    -Lensa dan lampu blitznya dapat diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan.
  2. KAMERA TLR (TWIN-LENS REFLEX)
    tlr
    Ciri-ciri :
    -Kamera TLR menggunakan dua buah lensa.
    -Lensa yang paling bawah digunakan untuk mengambil gambar, sedangkan lensa di atasnya digunakan untuk melihat obyek.
    -Viewfinder ada di bagian atas kamera.Viewfinder ini menampilkan citra dari obyek yang terpantul dari cermin yang ada di belakang lensa kedua (lensa penglihatan).
  1. KAMERA POINT AND SHOOT
    poibnt
    Ciri-ciri :
    -Kamera point and shoot disebut juga dengan istilah ‘kamera saku’.
    -Tidak ada pengaturan yang kompleks seperti halnya kamera SLR atau TLR dalam penggunaan kamera ini.
    -Kamera point and shoot menekankan segi kemudahan dan kepraktisan. Pengguna tinggal mengarahkannya kepada obyek kemudian menekan tombolnya.
    -Seluruh pengaturan di-set secara otomatis oleh kamera untuk memberikan hasil terbaik, walaupun tentunya, tidak akan sebaik hasil dari kamera SLR.
  1. KAMERA RANGE FINDER
    range
    Ciri-ciri :

-Karakteristik kamera range finder mirip dengan jenis kamera SLR maupun TLR. -Keistimewaannya adalah pada mekanisme ‘penentuan jarak’ yang dimilikinya.
Hal ini menyebabkan kamera range finder dapat menghasilkan foto yang sangat akurat.
-dapat difokuskan dengan mudah walaupun dalam keadaan cahaya seadanya.

  1. BOX CAMERA (KAMERA KOTAK)
    box cam
    Ciri-ciri :

-kamera fotografi yang pertama kali ditemukan.
-Merupakan pengembangan lanjut dari ‘Camera Obscura’.
-Kamera ini digunakan oleh Joseph Nicéphore Niépce untuk membuat gambar foto pertama di tahun 1820an, kemudian dikembangkan lagi oleh Louis JM Daguerre, yang menemukan Daguerreotype.
-jenis kamera yang pertama kali diproduksi untuk publik.
-Perusahaan Kodak memproduksinya pada tahun 1888 dengan 100 lembar kertas exposure yang sudah termasuk di dalamnya.

  1. FOLDING CAMERA (KAMERA LIPAT)
    fold
    Ciri-ciri :

-dapat dilipat, sehingga menghemat tempat ketika sedang tidak digunakan.

  1. SUBMINIATURE CAMERA
    sub
    Ciri-ciri :

-kamera mini yang berukuran hanya sebesar 9 x 12 cm atau 4 x 5 inchi.
-menggunakan film berukuran 35mm dan hanya diproduksi selama masa perang dunia ke-2, hingga tahun 1970an.

  1. VIEW CAMERA
    view
    Ciri-ciri :
    -disebut juga Large Format Camera merupakan kamera yang  berukuran besar, bisa mencapai ukuran 8 x 10 inchi.
    -memakai film yang juga besar, dengan satu buah film untuk satu kali pengambilan gambar.
    -Foto yang dihasilkannya memiliki kualitas terbaik (pada masanya).
    -karena waktu exposure yang lama, kamera jenis ini hanya digunakan untuk keperluan-keperluan khusus saja, seperti pemotretan pemandangan, arsitektur, atau untuk mengambil potret seseorang.
  2. PINHOLE CAMERA
    Ciriciri :
    -s
    atu-satunya kamera yang tidak menggunakan lensa.
    -Gambar dihasilkan melalui pemroyeksian cahaya yang masuk melalui lubang kecil yang ukuran standarnya adalah 0,02 inchi (0,5 mm).
    -Semakin kecil lubang cahayanya, maka gambar yang dihasilkan pun akan semakin tajam.
    -Kamera lubang jarum membutuhkan waktu beberapa menit bahkan hingga beberapa jam untuk mengambil citra suatu obyek.
    -Kualitas gambar yang dihasilkan kamera ini juga sangat bergantung pada kondisi pencahayaan di lingkungan sekitarnya.

    Kamera Analog

    Sebelum era digital orang sudah mengenal berbagai macam jenis dan merk dari kamera analog. Sebutan analog berbeda dengan otomatis dalam ruang lingkup kamera. Analog dalam kamera mengacu pada sistem kerja mekanik dari suatu kamera. Sistem kerja kamera analog yang banyak digunakan oleh masyarakat umum adalah menggunakan film seluloid 35mm sebagai sarana untuk menangkap cahaya(dalam hal ini biasa disebut gambar). Walau kamera analog banyak jenisnya tapi prinsipnya sama, yaitu menerima data gambar melalui proses kimiawi suatu media. Sebenarnya media penerima gambar tidak hanya film seluloid 35mm. Tapi dalam hal ini saya tidak akan membahas lebih lanjut karena topik pembahasan kali ini adalah perbedaan kamera digital dan kamera analog.

    Film pada kamera analog berfungsi ganda sebagai penerima gambar sekaligus sebagai penyimpan data gambar yang dihasilkan. Pada media film berlaku 1 gambar yang kita perolah akan disimpan dalam 1 media film. Umumnya produsen menyediakan 1 roll film yang berisi sejumlah film dengan tujuan agar para konsumen tidak perlu selalu mengganti film yang sudah terpakai.

    Sedangkan pengertian otomatis adalah kemampuan suatu kamera dalam menyediakan fungsi-fungsi otomatis dalam hal pengaturan cahaya yang masuk sehingga gambar yang dihasilkan dapat memiliki komposisi pencahayaan yang tepat. Berbeda dengan fungsi manual dimana kita harus mengatur sendiri sebarapa banyak cahaya yang masuk agar dapat menghasilkan gambar yang sesuai dengan harapan kita.

    1. SLR 35mm

    Kualitas gambar yang dihasilkan dari kamera analog tergantung pada lensa dan film, tidak selalu pada kamera itu sendiri. Hal itu berarti bahwa berbagai model kamera dibedakan terutama pada tingkat otomatisasi dan kualitas lensa.

    Orang-orang selalu berpikiran kalau format film 35mm mengacu kepada SLR. Kebanyakan dari SLR memiliki format film 35mm. Tetapi ada pula Rangefinder yang format filmya 35mm. Nyatanya yang dimaksud dengan format film 35mm yaitu mengacu kepada ukuran sebuah frame yakni 36x24mm. Kalau kita melihat berbagai jenis SLR second yang ada, seperti melihat sejarah fotografi dari abad keduapuluh akhir. Dari kamera SLR mekanik sampai model autofokus elektronik.

    Kamera analog Full Manual atau SLR Film Mekanik

    Setelah pembahasan mengenai 35mm, sekarang kita akan bedah satu persatu jenis-jenis kamera analog. Yang pertama ada kamera analog yang full manual atau mekanik abis. kamera film jenis ini sangat mampu menghasilkan gambar yang bagus sekalipun perlu bersabar dalam menggunakannya. Kamera ini bisa bekerja walaupun tanpa baterai. Kita hanya perlu set tombol baterai kecil (biasanya LR44) untuk light meter.

    Kelebihan:
    • Mudah digunakan
    • Handal, dapat bekerja tanpa baterai;
    • Kontrol langsung terhadap mekanikal kamera, dapat memberikan pemula feel yang bagus untuk pengaturan;
    • Terkadang bisa masuk dengan lensa kamera DSLR (full frame only). Lensa DSLR EOS canon tidak bisa digunakan pada analog SLR Canon harus pakai adapter, tetapi lensa Pentax dan Nikon (FX, non-G only) akan bekerja pada masing-masing bodi kamera tersebut.
    Kekurangan:
    • Tidak ada mode automatic
    • Harus bersabar dalam penentuan cahaya dan timing.
    Contoh:
    • Nikon FM2
    • Nikon FM10
    • Pentax K1000
    • Vivitar V3800N

    Automatic Exposure, Aperture Priority dan SLR Analog Elektronik

    Perbedaan mencolok dari kamera analog full manual atau mekanik dengan elektronik, kalau di kamera analog elektronik sudah ada otomatisasi, kebanyakan terutama pada kamera aperture-priority automatic exposure (AE) seperti Canon AE-1. Lalu apa sih fitur yang membedakannya dengan yang manual atau mekanik? Biasanya kamera analog yang elektronik ada shutter dial sampai “A” Jika kita mengubah shutter-nya ke “A” kamera akan otomatis ngeset shutter speed, dasar pembacaan light meter dan aperture yang sobat set.

    Kelebihan:
    • Dapat diubah-ubah ke full manual atau automatic exposure, kecuali untuk beberapa model kamera yang memang full automatic seperti Nikon EM.
    • Terkadang bisa masuk dengan lensa kamera DSLR (full frame only). Tapi tetap lensa EOS Canon DSLR tidak bisa dipakai ke Canon manual. Tapi Pentax dan Nikon (FX dan G) bisa masuk ke bodi manualnya.
    Kekurangan:
    • Tidak bisa digunakan tanpa baterai. Tetapi beberapa model memiliki shutter darurat yang dapat dipicu untuk fixed 1/90 seconds tanpa baterai.
    • Tidak memiliki cap yang sepenuhnya mekanik
    Contoh:
    • Canon AE-1
    • Nikon FE2
    • Nikon EM
    • Pentax ME

    Full Automatic, Autofocus dan Kamera SLR Film

    Sebelum SLR digital memenuhi pasaran kamera, SLR 35mm yang full automatic-lah yang merajai penjualan kamera di dunia (autofocus, program mode, green mode). Kamera-kamera 35mm jenis ini sangat mudah digunakan seperti kamera DSLR dengan kontrolmicroprocessor digital pada fungsi kameranya. Perbedaan utama kamera jenis ini adalah mereka masih menggunakan film bukan sensor gambar digital.

    Kelebihan:
    • Full automatic seperti DSLR
    • Terdapat fitur seperti stabiliser gambar pada lensa
    • Terkadang bisa masuk dengan lensa DSLR (full frame only), seperti lensa EOS Canon EF DSLR. Lensa DSLR Penta dan Nikon (FX, non-G, autofocus dengan AF tetapi bukan AF-S) bisa masuk ke bodi manualnya.
    Kekurangan:
    • Beberapa tipe kamera ini menggunakan baterai isi ulang yang sudah tidak diproduksi lagi
    • Modelnya tidak sesederhana dan seklasik kamera manual. Admin saranin medingan sekalian saja order DSLR.
    Contoh:
    • Canon Rebel Series (EOS)
    • Canon Elan Series (EOS)
    • Nikon N6006, N8008 (F-601, F801)
    • Nikon N60, N65, N70, N75, N80 (F60, F65, F70, F75, F80)
    • Nkon F6 (bisa dipakai dengan lensa G dan AF-S)
    • Minolta Maxxum

    2. Kamera Analog Rangefinder 35mm

    kamera analog jenis 35mm itu bukan hanya SLR saja tapi beberapa analaog rangefinder juga memiliki format 35mm. Bedanya SLR 35mm dengan Rangefinder 35mm, kalau rangefinder tidak memiliki cermin refleks yang memungkinkan fotografer untuk melihat melalui lensa kamera. Karena pada kamera rangefinder memiliki viewfinder terpisah. Itulah keistimewaan kamera jenis rangefinder. Jadi seolah-olah viewfinder pada kamera rangefinder ada dua. Satu viewfinder berfungsi untuk melihat objek gambar yang terpisah dari lensa, satu viewfinder lagi berfungsi untuk mengatur focus yang terhubung pada lensa.
    Focus pada kamera rangefinder dilakukan secara manual dengan memutar ring focus pada pada lensa, sampai dua viewfinder tadi bertemu secara bersamaan. Kamera rangefinder juga memiliki dua model. model pertama yang sederhana memakai lensa fixed (lensa tidak bisa ditukar-tukar), model satunya lagi yang memiliki sistem agak lebih serius lensanya dapat ditukar-tukar.. Meskipun secara teknis kamera jenis rangefinder lebih sederhana dari SLR namun banyak peminatnya karena kamera rangefinder itu modelnya unik-unik dan klasik (bentuknya tidak monoton), kebanyakan kamera rangefinder merupakan kamera jadul jaman perang, kamera rangefinder menyajikan ketegangan ketika pengambilan gambar karena harus mempertemukan dua viewfinder (dan kebanyakan viewfinder-nya kecil). Oleh sebab itu sobat, kamera rangefinder yang berkualitas tinggi biasanya harganya lebih mahal dibandingkan dengan SLR seperti Leica.

    Kelebihan:
    • Kamera, lensa dan viewfinder lebih kecil bila dibandingkan dengan SLR yang setara
    • Fotografer dapat lebih tenang dalam pengambilan gambar dan dapat menggunakanshutter speed lebih lambat dalam cahaya redup (tidak ada getaran dari cermin).
    • Viewfinder yang cerah
    • Memungkinkan untuk melihat dari viewfinder objek-objek foto di luar jarak pandang. Akan tetapi tetap harus mengantisipasi posisi objek-objek yang bergerak.
    Kekurangan:
    • Terkadang apa yang sobat lihat dari viewfinder berbeda dengan hasil yang didapat. Perlu melihat garis framing yang berbeda pada viewfinder tergantung pada lensa yang digunakan dan melihat kompensasi untuk kesalahan paralaks pada jarak dekat.
    • Terbatas untuk lensa dengan focal length kurang dari 135m.
    Contoh:
    • Leica M6 dan M7
    • Yashica Minister, Elektro, MG-1
    • Rollei 35, XF35
    • Kodak Retina
    • Olympus 35 series
    • Nikon S series
    • Canon IV, Canon P dan Canon 7
    • Kiev 4, 4a, FED, FED-2, Zorki-4 (hampir kebanyakan kamera dari Uni Soviet rangefinder)

    3. Twin Lens Reflex

    kamera Twin Lens Reflex atau biasa disingkatTLR. Kamera seperti apa sih TLR itu? secara fisik bentuknya hampir semua kotak dan punya dua lensa. Kenapa Twin Lens, karena kamera ini memiliki dua lensa yang mirip dalam satu kamera. Satu lensa untuk menyusun foto/melihat dan focusing & satu lensa lagi utuk mengambil gambar. Nah kedua lensa ini disusun secara vertikal yang memberikan penampilan kuno yang khas. Terus Reflex itu sendiri artinya mengacu kepada cermin yang digunakan di belakang lensa viewing untuk memungkinkan kita membuat fokus.

    Penampakan TLR (sumber camerapedia)

    Viewfinder kamera jenis ini berada di bagian atas kamera. Si fotografer nanti akan melihat objeknya dari situ ke arah bawah. Viewfinder ini disebut waist-level finder. Lensa kamera jenis TLR biasanya fixed, dan tidak bisa di zoom. Pada saat itu kamera jenis TLR sangat populer sebagai kamera potret untuk waktu yang lama dimana lensa fixed dianggap sudah cukup memadai untuk pengambilan gambar. Produsen kamera Jenis TLR yang terkenal adalah Rolleidari German, Yashica Jepang, dan Seagull Cina. Di samping itu, TLR yang populer dan bentuknya unik dari Jepang adalah Mamiya tahun 1970-an dan TLR Soviet LOMO. ada pula TLR yang diproduksi di German oleh DHW Fototechnik, penerus Franke & Heidecke.
    Sebagian besar TLRs mengambil 120 film dan mengekspos 12 gambar dalam 6 × 6cm format. Beberapa model mengambil 127 film dan mengekspos 12 gambar dalam 4 × 4 format, dan ada beberapa model menggunakan format lain. Misalnya Superfekta dan Ontoflex mengambil gambar 6x9cm, sedangkan Flexilette Agfa dan Contaflex TLR menggunakan film 35mm. Saat ini, beberapa toy cam TLR 35mm telah diproduksi seperti Blackbird, Fly dan Gakkenflex.

    Contoh TLR:
    • Lubitel
    • Rolleiflex
    • Seagull
    • Mamiya
    • Yashica
    • Blackbird (toycam sama seperti Holga)

Sumber :

Makalah kamera analog


https://asiaaudiovisualrb09yusup.wordpress.com
http://mirnayulita.blogspot.co.id/2012/04/jenis-jenis-kamera-analog.html
http://kameraanalogantik.blogspot.co.id/2013/01/bagaimana-memilih-kamera-analog-idaman.html; dan pengubahan seperlunya.

Tugas Videografi : Pesta Rakyat dalam Hitam Putih

20150926_111838

Deskripsi Foto : Ini adalah foto mengenai acara HUT RI yangke-70 di lapangan daerah Permindo, Cibeureum, terlihat tiang panjat pinang dengan berbagai hadiah dan bendera merah putih kebangsaan bangsa Indonesia diatasnya, terlihat pula berbagai kalangan yang menyambut hari kemerdekaan ini. Merdekaa!

Data Teknis

File

File name                      : Pesta Rakyat dalam Hitam Putih

Item type                      : JPEG image

Size                                 : 1.95 Mb

Attributes                     : A

Image

Date taken                     : 17 Agustus 2015 11:18 AM

Dimensions                  : 2560 x 1920

Width                             :2560 pixels

Height                            : 1920 pixels

Horizontal resolution   : 72 dpi

Vertical resolution         : 72dpi

Bit deph                             : 24

Resoulution unit           : 2

Color representation    : sRGB

Camera

Camera maker                         : HP SAMSUNG GALAXY FAME

Camera model                         : GT-S6810

F-stop                                         : f/2.7

Exposure time                         : 1/1666 sec.

ISO Speed                             : ISO-50

Exposure bias                     : 0 step

Focal lengh                          : 3 mm

Metering mode                  : Average

Flash mode                         : Flash, compulsony

Advanced Photo

White balance              :  Auto

Digital zoom                : 0.0090090090090090089

Exif version                 : 0220

Tugas Sound

Contoh video :

https://www.youtube.com/channel/UCuUixa195SAQSmc7ocbXtVwUNSUR

SUARA DALAM FILM

Suara dalam film memiliki unsur–unsur yang dapat dipilah–pilah untuk memudahkan proses penciptaan dan penggarapannya. Unsur-unsur suara ini terbagi menjadi 3 unsur, yaitu: Speech/Percakapan, Musik dan Efek.

SPEECH

Speech merupakan unsur suara yang isinya berupa percakapan dari tokoh didalam film. Speech terbagi menjadi 4, yaitu Monolog, Dialog, Narration dan Direct Address.

Monolog

Monolog adalah percakapan tanpa lawan bicara, maksudnya adalah ketika seorang tokoh berbicara dengan dirinya sendiri tanpa ada pendengar.
Contohnya :

Monolog Interior :tokohnya tidak berbicara, tapi suaranya terdengar (berbicara dalam hati)

Dialog
Dialog adalah percakapan dimana tokoh didalam adegan berbicara dengan satu orang lain atau lebih.

Narasi
Narration/Narasi adalah pecakapan dimana tokoh yang berbicara tidak terlihat didalam frame, yang biasanya dipakai sebagai pengantar adegan. Narasi merupakan pengantar adegan yang efisien untuk menjelaskan permasalahan tanpa perlu melakukan visualisasi. Narasi dapat membangun kredibilitas cerita dan mengajak penonton untuk memasuki permasalahan.

Direct Address adalah percakapan dimana tokoh didalam adegan berbicara langsung kearah penonton.

MUSIK

Musik didalam film digunakan untuk menambahkan dramatisasi dalam sebuah cerita, dimana gambar dan suara sudah tidak mampu lagi memperkuat efek dramatis, tetapi apabila gambar dan suara yang ada sudah mampu menampilkan efek dramatis, musik juga dapat dipergunakan untuk lebih memperkuat efek tersebut. Karena dengan menggunakan musik, pembuat film dapat mengendalikan emosi penonton dalam mengikuti cerita. Musik dalam film dapat digunakan untuk menaikan atau menurunkan emosi penonton, sesuai dengan kebutuhan cerita. Kehadiran musik digunakan untuk merangsang dan mengarahkan perasaan sesuai dengan apa yang dilihat secara visual : senang, sedih, takut, tertekan, dan lain-lain.
Sumber dramatis dari musik dalam sebuah adegan dapat bersifat berkaitan dengan adegan, atau fungsional dan realitas.
1. Musik Fungsional, yaitu musik yang digunakan untuk menambahkan dramatisasi didalam film, yang berasal dari luar ruang adegan cerita, biasa disebut musik ilustrasi. Musik yang didengar oleh penonton tidak berasal dari sumber suara dalam adegan maupun didengar oleh karakter dalam adegan.. Contoh :

2. Musik Realitik, yaitu musik yang berasal dari dalam ruang adegan cerita.

Sumber musik bisa diperoleh dari musik jadi yang dibeli, atau score original.
Musik jadi biasanya dijual dalam bentuk AudioCD, berasal dari kumpulan pustaka musik. Musik dikomposisi dan direkam sehingga dapat digunakan pada editing moduler untuk mengakomodasi panjang scene dan klimaks.
Sumber lain musik adalah dari mengkomposisi secara orisinal dan merekam khusus untuk film yang dikerjakan. Dapat dicapai se-kompleks mengikutsertakan skala orkestra, atau bisa sesederhana dubbing seorang penyanyi.
Dalam mengkomposisikan musik, pada poin yang sama, komposer dan editor akan menciptakan yang disebut sebagai “click track”. Ini merupakan jalur suara yang terdiri dari jalur click yang ditempatkan bersinggungan dengan gambar dengan tujuan menyatukan ritme perpotongan dan klimaks. Click track ini disediakan untuk membimbing komposer, dan selanjutnya, musisi dalam menjaga ketukan dengan film.
Setelah musik telah dikomposisi, langkah berikutnya adalah merekamnya. Untuk skor orchestral, musisi mengatur dan menciptakan iringan di sebuah studio rekaman yang disebut “scoring stage”. Di sana, mereka menyaksikan film dengan layar yang lebar sambil mendengarkan click track dengan headphone. Dibimbing oleh komposer, orkestra memainkan musik sesuai pilihan. Musik kemudian direkam dalam multi-track untuk penggabungan selanjutnya.
Score yang telah dikomposisi kemudian dimainkan oleh seorang pemusik, sedangkan komposer individual bertanggung jawab terhadap keseluruhan jalur suara khusus musik.

EFEK SUARA

Efek suara merupakan suara – selain dialog – yang dihasilkan oleh orang ataupun benda, bersamaan dengan suara-suara yang muncul secara alami pada latar belakang. Efek suara dalam film digunakan untuk menekankan informasi yang hendak disampaikan, memberikan kesan realita didalam ruang cerita, menciptakan ilusi dan juga mood dalam cerita. Efek suara bisa berkaitan dengan kejadian di dalam atau di luar screen.
Berdasarkan fungsinya, efek suara dibagi menjadi 2:
1. Efek Fungsional, yaitu efek suara yang digunakan untuk menambahkan efek dramatisasi didalam film.

2. Efek Realistik,, yaitu efek suara yang sumbernya berasal dari dalam ruang adegan cerita, digunakan untuk menciptakan realita didalam ruang cerita film.

Berdasarkan jenisnya, efek suara dalam film dibagi menjadi 2:
Spot Effect, yaitu efek suara yang berasal dari suatu sumber suara tertentu, misalnya suara pintu, suara ketukan, suara ban pecah dll.
General Effect, yaitu efek suara yang berasal dari berbagai sumber disuatu tempat, baik jauh maupun dekat, misalnya suara didalam sebuah ruangan (room tone) ataupun suara lingkungan (ambience/atmosphere). General effect masih dibagi lagi menjadi 3:
Yang bersifat background, yaitu suara yang timbul dari lingkungan, jauh maupun dekat, biasanya level suaranya rendah, misalnya suara burung, suasana kantor, ombak dipantai dll.
Dengan kekerasan yang tetap dan durasi panjang (steady state), misalnya mesin pabrik, generator dll.
Yang bersifat intermittent, kekerasannya bervariasi tetapi secara periodik berulang, misalnya suara traffic.

Efek suara dalam film bisa berasal dari 3 sumber:
Production Sound, yaitu efek suara yang direkam dilapangan. Yang direkam bersaman dengan gambar, ataupun juga yang direkam tersendiri disaat tidak sedang dilakukan shooting.
Foley, atau suara tiruan yaitu efek suara yang direkam pada tahap paska produksi mengikuti gambar.
Contohnya :
Sound Library, yaitu kumpulan efek suara yang sudah direkam sebelumnya yang dijual dan bisa dipergunakan dengan bebas.

Efek Suara
1. Backsound, Suara alam, hewan, dll


2. Hard Effect,
Suara dentuman bom

3. Foley, suara tiruan

Sumber :
– Catatan dari Bapak Tatang R dan Bapak Budi Suryana —— http://ipulgates.blogspot.com/2015/02/fungsi-suara-dalam-film.html

Tugas Fotografi

20140925_070525

Deskripsi Foto : Ini adalah foto merk  dari sebuah barang,  yang disusun sedemikian rupa hingga hanya terlihat kalimat “barang untuk orang ekstrim” yang berarti disini orang yang berjuang dengan ekstrim dan berani  melawan gelap disekitanya dengan keberanian (merah diatas hitam) sehingga masih nampak terang walaupun disekitarnya nampak gelap

Data Teknis

File

File name                            : Darkheaven’16

Item type                            : JPEG image

Size                                        : 1.95 Mb

Attributes                           : A

Image

Date taken                          : 25 September 2014 7:05 AM

Dimensions                        : 2560 x 1920

Width                                    :2560 pixels

Height                                   : 1920 pixels

Horizontal resolution      : 72 dpi

Vertical resolution           : 72dpi

Bit deph                               : 24

Resoulution unit               : 2

Color representation      : sRGB

Camera

Camera maker                  : HP SAMSUNG GALAXY FAME

Camera model                  : GT-S6810

F-stop                                   : f/2.7

Exposure time                   : 1/111 sec.

ISO Speed                           : ISO-50

Exposure bias                    : 0 step

Focal lengh                         : 3 mm

Metering mode                  : Center Weighted Average

Flash mode                         : Flash, compulsony

Advanced Photo

White balance                   :  Auto

Digital zoom                       : 1

Exif version                         : 0220

Edmodo

SOAL  :

  1. Apa yang kamu ketahui tentang edmodo ?
  2. Jelaskan kelebihan menggunakan edmodo ?
  3. Bagaimana langkah-langkah menjadi member sebagai siswa di edmodo ?
  4. Bagaimana cara mengirim catatan (note) di edmodo ?
  5. Bagaimana cara mengunggah file di edmodo?

JAWABAN :

  1. Edmodo adalah jejaring social yang dikembangkan untuk untuk guru/dosen, siswa/mahasiswa maupun untuk orang tua/wali yang dikembangkan pada akhir 2008 oleh Nic Borg dan Jeff O’Har,. Guru dan siswa dapat berbagi catatan, tautan, dan dokumen. Guru juga memiliki kemampuan untuk mengirimkan peringatan, acara, dan tugas untuk siswa dan dapat memutuskan untuk mengirimkan sesuatu dalam kerangka waktu yang dapat dilihat publik.
  2. -Mempermudah guru memberikan tugas

-Mempermudah siswa mengupload tugas

-User Interface.  Mengadaptasi tampilan seperti facebook, secara sederhana edmodo relatif mudah untuk digunakan bahkan untuk pemula sekalipun.

-Compatibility. Edmodo mendukung preview berbagai jenis format file seperti: pdf, pptx, html, swf dan sebagainya

-Aplikasi. Edmodo tidak hanya dapat diakses dengan menggunakan PC (laptop / desktop) tetapi juga bisa diakses dengan menggunakan gadget berbasis Android OS.

  1. –Langkah awal adalah mengunjungi ww.edmodo.com

–Setelah itu kita harus memiliki kelas, lalu guru akan memberi grup kode kelas.

-Lalu setelah itu kita tinggal daftar seperti daftar untuk jejaring social pada biasanya.

-Sehingga kita dapat login sebagai siswa, dengan memilih member siswa bukan guru

  1. masuk ke akunedmodo yang sudah anda miliki>>pilih menu note>>tulis catatan pada kolom yang tersedia>>pilih file/link/library untuk menambahkan materi pembelajaran>>send
  2. masuk ke akunedmodo yang sudah anda miliki>>pilih menu note>> >>pilih file yang akan dikirimkan>>send

Makalah Editing

Kata Pengantar

Alhamdulillahirrabil’aalamiin. Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini de- ngan lancar.

Tersusunya tugas ini tak terlepas dari dukungan semua pihak. Untuk itu, dalam kesempatan yang istimewa ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pe-nyusunan makalah ini.

Dalam menulis tugas ini kami menyadari  masih ada kekurangan yang terdapatdidalamnya. Maka dari itu kami berharap mendapat kritik dan saran dari para pembaca.

Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan juga penulis sendiri, se-hingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Aamiin…

Penulis

Cimahi, 3 Agustus 2015

Daftar Isi

Kata Pengantar.. 2

Daftar Isi. 3

Bab I Pendahuluan.. 4

  1. Latar Belakang.. 4
  2. Rumusan Masalah.. 4
  3. Tujuan Penulisan.. 4
  4. Manfaat Penulisan.. 5
  5. Sistematika Penulisan.. 5

Bab II Pembahasan.. 6

  1. Pengertian Editing.. 6
  2. Elemen dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam editing.. 6
  3. Pedoman Editor. 8
  4. Tujuan editing.. 8
  5. Tentang Video.. 9
  6. Beberapa istilah dalam video editing.. 9
  7. Metode Editing.. 10
  8. Film splicing/penyambungan film.. 10
  9. Tape to tape (linear) 11
  10. Digital/komputer (non linear) 11
  11. Live Editing. 11
  12. Peralatan Untuk Editing Video.. 12
  13. Menghubungkan Player Video dengan Komputer. 13
  14. Tahap – Tahap Video Editing : 13
  15. Logging. 13
  16. Capturing. 13
  17. Online Editing. 14
  18. Offline Editing. 14
  19. Sound Scoring. 14
  20. Rendering. 14
  21. Export 14
  22. Tahapan Prosedur Kerja Editing Video.. 15

Bab III Penutup.. 22

Kesimpulan.. 22

Daftar Pustaka.. 23

Bab I Pendahuluan

A.   Latar Belakang

Istilah editing telah dikenal luas dan banyak orang memberi pemahaman sendiri, dan dalam pembahasan kali ini kita sepakat editing berkaiatan dengan kerja-kerja dibawah ini:

  1. Menata, menambahkan atau memindahkan klip video atau klip audio.
  2. Menerapkan colour correction, filter dan peningkatan yang lain.
  3. Membuat transisi antara klip.

B.   Rumusan Masalah

  1. Apa itu pengertian Editing ?
  2. Elemen apa saja dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam editing ?
  3. Apa Pedoman Editor ?
  4. Bagaimana Tujuan editing?
  5. Apa Video     ?
  6. Apasaja istilah dalam video editing   ?
  7. Bagaimana Metode Editing ?
  8. Apasaja Peralatan Untuk Editing Video?
  9. Bagaimana Menghubungkan Player Video dengan Komputer         ?
  10. Bagaimana Tahap – Tahap Video Editing ?
  11. Bagaimana Tahapan Prosedur Kerja Editing Video ?

C.   Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, kami ingin menginformasikan kepada pembaca tentang :

  1. Pengertian Editing
  2. Elemen dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam editing
  3. Pedoman Editor
  4. Tujuan editing
  5. Video
  6. FBeberapa istilah dalam video editing
  7. Metode Editing
  8. Peralatan Untuk Editing Video
  9. Menghubungkan Player Video dengan Komputer
  10. Tahap – Tahap Video Editing :
  11. Tahapan Prosedur Kerja Editing Video

D.   Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah

  1. Sebagai salah satu bahan acuan bagi para siswa yang ingin mengetahui beberapa hal mengenai editingi
  2. Memberikan informasi bagi para siswa atau pun masyarakat tentang editing

E. Sistematika Penulisan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

  1. Latar Belakang
  2. Rumusan Masalah
  3. Batasan Masalah
  4. Tujuan Penulisan
  5. Sistematika Penulisan

Bab II Pembahasan

  1. Pengertian Editing
  2. Elemen dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam editing
  3. Pedoman Editor
  4. Tujuan editing
  5. Video
  6. FBeberapa istilah dalam video editing
  7. Metode Editing
  8. Peralatan Untuk Editing Video
  9. Menghubungkan Player Video dengan Komputer
  10. Tahap – Tahap Video Editing
  11. Tahapan Prosedur Kerja Editing Video

Bab III Penutup

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Bab II Pembahasan

A.   Pengertian Editing

  1. Pengertian editing (Roy Thompson and Christopher J. Bowen, 2009: 1) menyebutkan:

“Editing for motion pictures is the process of organizing, reviewing, selecting, and assembling the picture and sound “ footage ” captured during production. The result of these editing efforts should be a coherent and meaningful story or visual presentation that comes as close as possible to achieving the goals behind the original intent of the work — to entertain, to inform, to inspire, etc.”

(Editing adalah proses mengorganisir, reviewing, memilih, dan menyusun gambar dan suara hasil rekaman produksi. Editing harus menghasilkan tayangan gambar yang padu dan cerita yang penuh makna sesuai apa yang telah direncanakan sebelumnya yaitu untuk menghibur, menginformasikan, memberi inspirasi dan lainnya)

  1. Editing yaitu kegiatan memotong-motong gambar yang panjang, menyambung potongan-potongan gambar yang bercerita (memiliki sekuen) dalam durasi yang ditentukan, dan siap ditayangkan pada waktunya. (B Wahyudi: 2004)

B.   Elemen dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam editing

Editing  dibangun oleh beberapa elemen. Hasil dari sebuah editing tergantung pada bagaimana elemen tersebut digunakan, bagus tidaknya dan apakah gambar mengganggu atau tidak saat ditonton. Pada prinsipnya editing bukan hanya memotong dan menyambung shot, namun yang perlu diperhatikan bahwa setiap shot memiliki aspek ruang dan waktu. Maka perhitungkan bagaimana susunan shot tersebut efisien dan tidak bertentangan dengan logika penonton. Hal tersebut bisa dicapai dengan cara sebagai berikut dan elemen-elemen itu adalah:

  1. Motivasi

Dalam mengedit harus selalu ada motivasi atau alasan yang jelas pada saat memindah, menyambung, atau saat menggunakan perpindahan serta fade. Motivasi ini bisa dalam gambar, suara maupun kombinasi gambar dengan suara.

  1. Informasi

Gambar yang memiliki informasi adalah dasar dari sebuah editing. Setiap shot baru berarti mempunyai informasi yang baru pula dan susunan harus ideal agar gambar menarik. Karena semakin penonton mendapatkan banyak informasi dan mengerti maka ia akan semakin menikmati dan seperti terlibat dalam cerita sebuah tayangan. Tugas seorang editor untuk mendapatkan gambar yang penuh informasi dalam sebuah program, namun tanpa kesan menggurui penonton.

  1. Komposisi

Meskipun editor tidak bisa menciptakan suatu komposisi gambar, namun salah satu tugas editor adalah memilih dan  menyusun shot yang ada dengan komposisi menjadi dapat diterima. Karena komposisi shot yang buruk adalah hasil dari proses shooting yang buruk.

  1. Suara

Suara adalah elemen penting dalam editing, suara bukan hanyalebih langsung dari gambar namun juga lebih abstrak. Suara dapat membangun suasana dan emosi yang menjadi suatu daya tarik serta dapat digunakan untuk menyiapkan penonton dalam pergantian scene ataupun cerita.

  1. Angle kamera

Adalah elemen paling penting dalam editing, pada prinsipnya saat perpindahan shot yang satu dengan yang lain harusnya berbeda angle. Perbedaan angle satu objek/subjek adalah kurang dari 45o, sedangkan untuk garis khayal antara dua objek adalah tidak lebih dari 180o, jika melebihi ini maka akan terjadi jumping gambar.

  1. Kontinuitas (continuity action)

Kontinuitas atau kesinambungan gambar dimana setiap perpindahan shot baru dengan agle dan komposisi baru merupakan kelanjutan dari shot sebelumnya. Kesinambungan ini mencakup kontiniti konten, pergerakan, posisi dan suara. (Roy Thompson and Christopher J. Bowen, 2009: 58). Aksi yang terdapat pada suatu shot dengan shot berikutnya tidak mengalami perubahan mendadak dalam kecepatan gerakan dan arah gerakan.

  1. Arah layar (screen direction)

Objek/subjek yang sama pada setiap shot harus mempertahankan arah gerakan yang sama.

  1. Garis mata

Garis mata subjek yang melihat ke suatu arah haruslah sesuai dengan arah yang dipercaya penonton merupakan tempat apa yang dilihat subjek.

C.   Pedoman Editor

Agar hasil edit memiliki cerita menarik, memiliki taste dan bisa membawa penonton menikmatinya, ada beberapa pedoman editor yang harus diperhatikan, yaitu:

  1. Memahami konsep cerita/naskah.
  2. Melihat terlebih dahulu (preview) seluruh gambar dan mencatat shot yang penting dan menarik
  3. Selalu gunakan gambar terbaik sebagai gambar pembuka.
  4. Mengatur komposisi dan durasi shot baik shot statis dan shot bergerak (pan,zoom,dll)
  5. Hindari perpindahan gambar dan suara secara mendadak, tambahkan efek jika diperlukan. Setiap efek yang digunakan selain memberi makna tertentu juga akan memberi kesan tersendiri.
  6. Memberikan jeda gambar dan suara sejenak dengan atmosfer, untuk memberi kesempatan penonton untuk menikmati.
  7. Untuk program yang memakai narasi dan wawancara jangan meletakkan terlalu rapat biarkan ada jeda, ini membantu penonton untuk memahami bahwa ada pergantian pembicara.
  8. Jika program memakai narasi, ingatkan narator untuk membaca narasi tidak terlalu cepat maupun lamban.

D.   Tujuan editing

Ada banyak alasan kita melakukan pengeditan dan pendekatan editing sangat bergantung dari hasil yang kita inginkan, yang terpenting adalah ketika kita melakukan pengeditan, pertama adalah menetapkan tujuan kita melakukan editing. Namun, secara umum, tujuan editing adalah sebagai berikut:

  1. Memindahkan klip video yang tak dikehendaki.
  2. Memilih gambar dan klip yang terbaik.
  3. Menciptakan arus.
  4. Menambahkan efek, grafik, musik dll.
  5. Mengubah gaya dan suasana hati dan langkah dari gambar.
  6. Memberikan sudut yang menarik bagi hasil rekaman.

E.   Tentang Video

Video merupakan gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satuan fps (frame per second). karena dimainkan dalam kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus, semakin besar nilai frame rate maka akan semakin halus pergerakan yang ditampilkan. Lebih jauh mengenal frame rate. ketika serangkaian gambar mati yang bersambung dilihat oleh mata manusia, maka suatu keajaiban terjadi. jika gambar-gambar tersebut dimainkan dengan cepat maka akan terlihat sebuah pergerakan yang halus, inilah prinsip dasar film, video dan animasi.

Negara yang memakai format standar NTSC (national television standards comitte) yaitu amerika serikat, jepang, kanada, meksiko dan korea memiliki frame rate sebesar 30 fps (tepatnya 29.97 fps)

Untuk negara Indonesia, Inggris, Australia, Eropa dan China format video standar yang digunakan adalah format PAL (phase alternate line) dengan frame rate sebesar 25 fps.

Sedangkan negara perancis, timur tengah dan afrika menggunakan format video standar SECAM (sequential couleur avec memoire) dengan frame rate sebesar 25 fps.

F.    Beberapa istilah dalam video editing

  1. Capture device : adalah alat atau perangkat keras yang mengubah atau mengkonversi video analog ke video digital
  2. Compressors and codec : adalah perangkat lunak atau program yang memadatkan atau menghilangkan. compress atau pemadatan untuk membuat ukuran video menjadi lebih kecil
  3. Editing : proses mengubah dan memanipulasi serta mengumpulkan klip video, audio track, grafik dan material lain menjadi suatu paket tayangan yang menarik dan baik. Editing juga membuat transisi antar klip. Editing menjadi bagian dari proses post production atau pasca produksi.
  4. Edit decision list (edl) : daftar keputusan mengenai hal-hal yang dimasukan atau dikeluarkan dalam proses editing.
  5. Encoding adalah proses mengubah klip video dalam format tertentu. misalnya format 3gp menjadi format avi, wmv, mpeg, dat.
  6. Linear editing : juga dikenal sebagai tape to tape editing. adalah suatu metode editing yang mengubah video klip dari tape satu ke tape yang lain sesuai hasil yang diharapkan.
  7. Non linear editing adalah suatu metode editing yang menggunakan perangkat lunak komputer untuk mengubah klip video.
  8. Transisi adalah jalan atau cara mengubah/memadukan satu shot ke shot berikutnya
  9. Post production adalah segala sesuatu yang terjadi pada klip video atau audio setelah produksi atau setelah klip video atau audio direkam atau dishooting. Post production atau pasca produksi meliputi pekerjaan mengedit video dan audio, memberikan judul, membuat grafik dan efek serta menyesuaikan atau mengoreksi warna.

G.  Metode Editing

Ada beberapa metode dalam pengeditan video dan masing-masing metode ini mempunyai proses yang berbeda. Meski saat ini, metode non linear editing paling banyak digunakan, utamanya para editor profesional, ada baiknya bagi kita mempelajari berbagai metode editing ini.

1.      Film splicing/penyambungan film

Secara teknis ini bukanlah video editing, tapi film editing. Namun, amat penting bagi kita untuk mengetahui metode ini karena, metode ini adalah metode edit pertama yang mengedit gambar-gambar bergerak atau hidup dan secara konseptual, metode ini adalah dasar dari semua editing video.

Secara tradisi, metode ini dilakukan dengan memotong bagian film, mengolahnya dan membuang bagian yang tak diperlukan. Proses sangat langsung dan mekanikal. Secara teori, penyambungan film dilakukan dengan gunting dan tape peyambung, namun kenyataannya, menggunakan mesin penyambung banyak dilakukan dan menjadi solusi praktis.

2.      Tape to tape (linear)

Metode linear adalah metode origin elektronik sebelum penggunaan komputer dikenal pada sekitar tahun 1990. Meski saat metode ini tidak mejadi pilihan favorit, tapi dalam hal-hal tertentu motode ini masih banyak digunakan. Ketrampilan dalam metode editing ini diyakini akan sangat bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang. Dalam metode linear adalah mengcopy secara selektive dari satu tape ke tape yang lain. Dalam metode ini setidaknya digunakan dua tape, satu sebagai sumber dan satu sebagai perekam/recorder.

3.      Digital/komputer (non linear)

Dalam metode ini, gambar atau clip ditangkap dan disimpan dalam hardrive/harddisk dan diedit dengan menggunakan perangkat lunak/program atau software tertentu. Namun, setelah editing selesai, gambar kembali dipindahkan ke kaset tape atau ke optikal disk/cd. Metode ini mempunyai keuntungan yang signifikan dari linear editing. Khususnya, karena metode ini sangat flexibel. Editor dapat mengedit gambar sesuka hati dan tidak perlu dilakukan secara linear-inilah sebabnya metode disebut non linear.

Kekurangan dari metode ini, adalah amat bergantung pada perangkat keras/hardware dan perangkat lunak/software yang kita miliki.

4.      Live Editing

Dalam situasi tertentu, misal dalam kondisi siaran langsung, beberapa kamera dan video disambungkan dengan sentral mixing dan control, dan diedit dalam saat itu juga. Contoh paling real dari live editing ini adalah dalam siaran langsung yang kita lihat ditelevisi.

H.    Peralatan Untuk Editing Video

Sejumlah peralatan berikut ini harus dipersiapkan untuk membuat sistem editing video :

  1. Perangkat sumber video sebagai player kaset video, ini dapat berupa VCR, camcorder, atau player khusus yang dirancang khusus untuk kebutuhan tersebut.
  2. Satu unit komputer dengan spek tertentu tergantung software yang digunakan untuk editing video. Software yang sederhana memerlukan komputer dengan spesifikasi yang relatif minimal, sementara software editing video profesional mempersyaratkan komputer berkinerja tinggi agar software tersebut dapat berjalan dengan baik. Secara umum memang kita dapat mengharapkan kelancaran program dan kecepatan proses editing seiring dengan makin tingginya spesifikasi komputer yang digunakan, terutama dalam komponen prosesor, besar memori RAM, dan kapasitas hard disk.
  3. Peralatan capture video. Untuk dapat meng-capture video dari sumber analog (seperti kaset VHS dan Video8), kita memerlukan peralatan yang dapat mengkonversi kaset analog tersebut ke format digital. Ini dapat berupa peralatan tambahan khusus yang kemudian ditancapkan ke slot khusus di motherboard komputer, disebut dengan video capture card. Pada masa tahun-tahun terakhir ini kaset analog sudah jarang dipakai dan berganti dengan kaset digital (Video8 digital, atau MiniDV), maka peralatan capture yang kita butuhkan ialah IEEE-1394 Card atau yang lebih dikenal dengan istilah firewire. Port USB yang sudah amat lazim tersedia pada komputer juga bisa digunakan tapi resolusi gambar yang dihasilkannya kurang cocok untuk proyek DV editing video yang lazim digunakan.
  4. Kabel dan jack penghubung yang menghubungkan player dan komputer (yang sudah dilengkapi dengan perangkat capture video). Untuk diingat bahwa untuk beberapa kasus mungkin terjadi bahwa jack-nya tidak cocok sehingga masih memerlukan konektor penyesuai (adapter), baik firewire adapter atau USB adapter.
  5. Software untuk meng-capture, meng-edit, dan menghasilkan output video.

Banyak jenis produk dan merk yang tersedia di pasaran baik software maupun hardware, yang dapat membuat kita bingung dalam menentukan pilihan produk mana yang akan dibeli untuk dipakai. Saran sederhana : pertimbangkan sejumlah ulasan yang bisa Anda temukan di sejumlah sumber (majalah komputer, suratkabar, situs internet), lalu temukan sumber penjual hardware yang bisa Anda percayai, lalu silakan bertanya dan berdiskusi dengannya tentang kebutuhan khusus Anda dalam soal editing video ini.

I.      Menghubungkan Player Video dengan Komputer

Dianggap Anda telah mempersiapkan semua peralatan seperti dijelaskan di atas. Kini Anda dapat menghubungkan player video dengan komputer. Ini dapat berarti salahsatu dari sejumlah alternatif berikut ini :

– Sebuah VCR (sebagai player kaset analog) dihubungkan ke komputer yang memiliki port Audio Video yang bersesuaian.

– Sebuah camcorder tipe analog (sebagai player) dihubungkan ke komputer serupa dengan kondisi di atas.

– Sebuah VCR atau camcorder tipe digital (yang dengan demikian memiliki port firewire atau USB) dihubungkan dengan komputer yang juga memiliki port firewire/USB.

Hidupkan kedua peralatan yang terhubung tersebut, yaitu player video dan unit komputer. Jika koneksi player dengan komputer ini berjalan baik, komputer biasanya akan melakukan deteksi otomatis disertai pemunculan suara lembut (ding). Tergantung sistem operasi yang digunakan, kita juga dapat mengharapkan tampilnya pop-up berupa pilihan menu untuk tindakan selanjutnya, salahsatunya ialah tawaran untuk meng-capture lalu meng-edit video menggunakan software tertentu yang sudah ter-install di sistem komputer kita.

J.     Tahap – Tahap Video Editing :

1.      Logging

Mencatatat dan memilih gambar yang kita pilih berdasarkan timecode dalam masing-masing kaset berdasarkan script continuity report (catata timecode).

2.      Capturing

Proses pemindahan (transfer ) gambar yang terdapat dalam kaset video (tape) kedalam komputer.

3.      Online Editing

Proses penambahan efek-efek tertentu seperti efek transisi, efek warna, efek gerak, caption dan efek-efek lainnya sesuai dengan kebutuhan cerita.

4.      Offline Editing

Proses pemilihan (selection) dan penyusunan shot sesuai dengan susunan skenario tanpa menerapkan efek-efek tertentu.

5.       Sound Scoring

Proses pemilihan materi audio seperti ilustrasi musik, atmosfir, dan sound efek sesuai dengan kebutuhan cerita.

6.      Mixing

Proses pencampuran dan pengaturn materi audio mulai dari pengaturan level suara hingga pengaturan filter ilustrasi musik untuk menekankan kondisi emosi tertentu.

7.      Rendering

Proses penyatuan seluruh format file yang ada dalam timeline menjadi satu kesatuan file yang utuh.

8.       Export

Proses pemindahan (transfer) hasil penyuntingan kedalam bentuk yang sesuia dengan kebutuhan seperti VCD, DVD, maupun kaset video (tape).

K.  Tahapan Prosedur Kerja Editing Video

Pada pekerjaan editing video, secara umum pola berpikir tahapan kerjanya, hampir sam dengan langkah-langkah pada prosedur kerja editing film, yang berbeda hanya teknologi pada pekerjaan video menuntut Editor harus mengikuti proses kerjanya, dimana umumnya pada pekerjaan program video, perekamanan suara dilakukan secara langsung dan direkam pada pita video itu. Secara umum editing video dapat dilakukan dengan dua cara, sesuai dengan pola teknologi mana yang akan dipakai oleh seorang Editor.

Pola teknologi dapat dibagi menjadi :

  1. Linear Editing
  2. Analog
  3. Digital
  4. Non Linear Editing
  5. Analog

Pengertian umum Analog dari teknologi media audio visual adalah, cara merekam yang dilakukan baik ketika shooting video ataupun saat mentransfer dari pita satu ke pita yang lain dengan perangkat kerjanya, merupakan proses perekaman gelombang cahaya secara berkesinambungan (kontinyu) menjadi satu bentuk kurva garis melengkung, seperti garis grafik yang lengkungannya tergantung tinggi rendahnya cahaya itu sendiri.

  1. Digital

Sedangkan pengertian dari Digital merupakan proses perekaman gelombang cahaya dengan pola terputus-putus On-Off lalu On-Off begitu seterusnya, sesuai dengan karakternya dari teknologi komputer, yang pada akhirnya menjadi satu bentuk kurva garis kotak-kota yang juga membentuk grafik terdiri dari banyak kotak-kotak kecil.

  1. Linear Editing

Pengertian dari “Linear Editing” adalah pola editing yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara beruntun (berurutan) satu-persatu dari shot pertama hingga shot terakhir, dari adegan pertama hingga adegan terakhir secara berkesinambungan. Artinya ketika seorang Editor melakukan kesalahan penyambungan diawal film atau bahkan di tengah-tengah film, maka untuk melakukan perubahan atau perbaikan ia harus mengulanginya sekali lagi dari titik dimana kesalahan itu berada hingga akhir filmnya.

Pada sistem “Analog” pekerjaan editing tidak ada pilihan lain kecuali mengulanginya secara keseluruhan, apabila ingin dicapai hasil gambar yang prima. Sedangkan pada sistem “Digital” pekerjaan editingnya memakai perangkat yang serba digital, sehingga apabila terjadi kesalahan, seorang Editor cukup mengkopi (mentransfer) bagian yang ingin dibetulkannya karena dengan sistem digital, kualitas gambar yang dikopi atau ditransfer ke kaset atau pita lain tidaklah mengalami penurunan seperti yang terjadi pada sistem analog. Perbedaan yang paling mendasar pada sistem analog dan digital adalah pada jenis pita video, peralatan rekam maupun perangkat pendukungnya termasuk seluruh fasilitas alat yang dibutuhkan pada studio editing. Pada saat sekarang ini pola kerja linear editing yang menggunakan sistem analog dengan single track maupun A and B Roll yang dimaksudkan langsung jadi (final edit) sudah jarang digunakan, kecuali hanya pada produksi dengan biaya rendah (low budget) atau hanya digunakan untuk off line pada produksi yang umum.

Pelaksanaan pekerjaan dengan pola linear editing, baik sistem analog maupun digital pada umumnya melalui dua tahap pengerjaan, yaitu tahap “Off Line” dan tahap “On Line”. Tahap off line adalah tahap dimana seorang Editor mulai mengedit membuat kerangka secara keseluruhan dari sebuah program video. Kalau kita bandingkan dengan prosedur kerja editing film yang sudah kita bahas lebih dulu, kurang lebih sama pada langkah keenam yang kita sebut “Rough Cut”. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan diuraikan satu persatu tahapan dari kerja linear editing.

Langkah pertama pada pola kerja linear editing adalah mempelajari dahulu skenario dari program video yang akan kita but. Kemudian kita juga mempelajari laporan shooting, dimana pada umumnya laporan shooting (shooting script) dari sebuah program video dilengkapi dengan nomer Time Code yang selalu berubah dari shot ke shot lainnya.

Laporan shooting yang baik akan tercatat lebih detail lagi, yang mana disana terdapat time code in dan time code out dari sebuah shot, serta berada di kaset (pita) nomer berapa, juga tentu deskripsi dari shot itu menerangkan apa yang terjadi, dan terakhir sudah diberi tanda dari take (pengambilan) yang dinyatakan baik (oke) oleh sutradara, hanya saja letak catatan itu belum beraturan sesuai nomer urut adegan pada skenario, karena seperti sudah kita ketahui, bahwa sebuah shot ketika waktu shooting tidak dibuat dengan berurutan mengingat sistem kerja (shooting) dari film maupun video, sering kali jumping atau lompat-lompat sesuai kebutuhannya. Oleh sebab itu langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengurutkan tiap-tiap shot dari sebuah adegan di laporan shooting, kemudian melihat dan mempelajarinya sehingga kita dapat memutuskan bagaimana juxtaposisi yang baik dari sebuah adegan.

Langkah kedua adalah dimulainya “Off Line” editing itu sendiri, dimana hal yang terpenting pada tahap ini adalah membuat pemotongan sementara kerangka program secara keseluruhan. Pengertian diatas penting karena seorang Editor video tetap akan melalui satu tahap lagi berikutnya yaitu on line, dimana kedua tahap itu saling berkaitan secara langsung, artinya segala sesuatu yang direncanakan pada tahap off line akan disempurnakan di tahap on line.

Pada tahap off line, time code dari setiap potongan gambar dimunculkan pada layar gambar dan ditempatkan pada bagian bawah layar. Hal ini penting untuk digunakan pada saat on line nanti dijadikan patokan. Pada umumnya tahap off line editing belum nampak efek-efek khusus sebagai transisi, dimana seorang Editor hanya memberikan catatan pada kertas logging nantinya ketika mulai mencatat time code hasil off line. Sering juga terjadi pada umumnya sebuah produksi menggunakan off line editing dengan mengedit terlebih dahulu memakai editing VHS.

Langkah ketiga adalah pencatatan time code dari hasil off line yang sering disebut dengan istilah “Logging”. Pada tahapan ini Editor hanya mencatat time code in dan time code out dari setiap potongan atau sambungan antar shot yang diinginkan untuk editingnya. Beberapa hal yang ingin dikoreksi serta ingin ditambahkan pada sebuah adegan, termasuk efek khusus yang merupakan transisi dari adegan satu ke adegan yang lain juga diberikan tanda pada catatan logging itu, agar nantinya bisa diperbaiki dan ditambahkan pada langkah atau tahapan berikutnya

Langkah keempat adalah tahapan “”On Line” editing itu sendiri, dimana seorang Editor akan bekerja sama dengan seorang operator dari mesin editing on line yang dipakainya. Pada tahap ini Editor akan mengawasi proses pemotongan dan penyambungan kembali dari gambar-gambar yang sudah pernah dieditnya saat off line dahulu, hanya saja kali ini ia harus betul-betul teliti memperhatikan tiap-tiap cutting point, karena pada saat on line ini adalah merupakan kesempatan terakhir seorang Editor melakukan koreksi editingnya, yang tidak mungkin ia lakukan sempurna ketika off line dulu, termasuk pembuatan efek khusus dan juga title awal maupun ending title serta peletakkan bumper.

Mengenai masalah suara, seorang Editor juga sudah harus memperhatikan kualitas maupun balance (kesamaan level) dari volume suara tiap-tiap sambungan shot, maupun dari adegan satu ke adegan yang lain, agar nanti ketika sampai pada tahapan berikutnya akan lebih mempermudah pekerjaannya.

Langkah kelima adalah “Mixing”, dimana pada tahapan ini Editor membantu proses kerja menyatukan beberapa unsur suara seperti dialog, suara efek dan musik terutama untuk kepentingan tercapainya konsep penggunaan unsur suara pada editingnya.

  1. Non Linear Editing

Sementara pengertian dari “Non Linear Editing” adalah pola kerja editing yang tidak harus berurutan ketika mengeditnya, artinya seorang Editor bisa saja memulai pekerjaannya dari tengah-tengah film atau bahkan dari akhir (ending) film, apabila disesuaikan dengan jadwal (schedulle) dari shooting sebuah film, dimana pada saat yang bersamaan seorang Editor juga harus mulai bekerja. Pada pekerjaan sinetron serial panjang, seringkali terjadi penundaan shooting pada adegan-adegan tertentu karena pertimbangan sistem produksi yang menggunakan sistem “polling” (penggabungan) suatu lokasi, sehingga pekerjaan editing harus menyesuaikan dengan jadwal shooting, maka pola kerja non linear editing sangat tepat karena Editor bisa melewati bagian adegan yang belum di shooting.

Artinya Editor bisa bekerja secara melompat-lompat dari adegan satu ke adegan yang lain, tanpa harus beurutan seperti yang terjadi pada pola kerja linear editing.

Pada pola kerja non linear editing, dapat kita jumpai bermacam-macam jenis mesin yang masing-masing punya karakter yang secara prinsip memiliki pola kerja yang sama satu dengan lainnya.

Sebut saja mesin Avid, mesin Cube atau Adobe Primer yang saat ini merupakan satu-satunya mesin non linear editing yang dimiliki oleh jurusan FFTV – IKJ. Ketiga msin itu memiliki proses urutan kerja yang kurang lebih mirip, hanya saja kemampuan ketiga mesin itu masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.

Pada pola kerja non linear editing terdapat beberapa perbedaan tahapan kerja bila dibandingkan dengan pola kerja linear editing, berikut di bawah ini akan diuraikan.

Langkah pertama adalah “Logging”, dimana pada sistem non linear editing yang dicatat adalah time code in dan time code out dari sebuah shot secara utuh, dari klep awal hingga Sutradara memutuskan Cut pada sebuah shot. Pada umumnya mesin non linear editing jenis apapun memiliki keterbatasan dari hard disc yang sangat berhubungan erat dengan banyaknya gambar yang bisa disimpan dalam memorynya. Dengan keterbatasan ini maka seorang Editor harus betul-betul memilih shot baik yang sudah pasti akan dipakai dalam pekerjaannya, artinya proses selection of shot dan selection of action sudah dilakukan pada tahap logging ini, apabila ada kesempatan bagi Editor untuk melihat lebih dahulu materi shot yang akan di logging.

Pada tahapan ini, hal yang tidak kalah penting adalah membuat sistem pengadministrasian yang efektif, dimana ada hal-hal yang prinsip yang harus dilakukan dalam menuliskan deskripsi dari shot-shot itu. Pertama adalah harusnya menulis terlebih dahulu nomer scene pada awal kalimat, kemudian disusul masing-masing menjadi nomer shot dan nomer take, baru disusul dengan nama tokoh (karakter) yang akan muncul pada gambar itu dan setelah itu keterangan peristiwa apa yang dialami atau terjadi dengan tokoh itu, baru ditutup dengan jenis shot (type of shot) seperti LS, MS ataupun CU, sebagai contoh : “Sc 16 / 3 / 2 Tjoet Nya’ Dhien berjalan menuju lapangan FS”. Hal ini penting karena pada sistem sortir dalam mesin editing itu akan mengacu pada abjad ataupun urutan angka, sehingga dengan melakukan hal tersebut diatas akan mempermudah Editor dalam mengedit filmnya. Demikian pula cara menempatkan data-data dari shot itu bisa dijadikan satu saja, ataupun dipisahkan kedalam laci-laci yang biasa disebut dengan “Bin”. Hal ini penting diperhatikan karena dalam plor kerja non linear editing, seorang Editor tidak dapat melihat gambar secara langsung melainkan data-data dari deskripsi yang sudah dimasukkan pada tahap logging, sehingga dengan memperhatikan hal tersebut, Editor dapat bekerja dengan efisien efektif.

Langkah kedua adalah saat dimana Editor mulai mengedit filmnya, dimana seperti biasa pada tahap awal harus dilakukan “Off Line” dahulu untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari program yang kita edit. Pada pola kerja non linear editing, yang membedakan antara off line dan on line adalah tingkat kaulitas gambar yang dipakai, karena pada mesin-mesin tertentu seperti Avid yang memiliki kapasitas hard disc yang banyak, memungkinkan merekam seluruh materi dengan kualtias AVR yang baik, sehingga Editor mungkin pada saat yang bersamaan melakukan off line sekaligus on line.

Apabila kita berbicara mengenai pengunaan mesin yang memiliki kemampuan terbatas, baik dari segi hard disc maupun segi keterbatasan dalam melakukan efek-efek khusus, maka kita harus melakukan langkah keempat yang merupakan penghapusan kembali materi yang sudah di off line, untuk dilakukan “Redigitize”, baik dengan menggunakan mesin yang sama ataupun mesin yang lain, dengan cara menggunakan EDL dari time line yang sudah ada ketika membuat off line editing. Hal ini penting agar tidak terjadi perbedaan AVR di dalam satu time line, yang bisa mengakibatkan komputer tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Pada pekerjaan yang menggunakan mesin off line EDL adalah singkatan dari “Edit Decition List”.

Pada produksi dengan low budget, sering kali langkah keempat merupakan langkah yang paling panjang masa kerjanya, karena disamping melakukan tahapan “On Line” pada tahap ini akan dilakukan pula “Track Laying Sound”, yaitu menempatkan seluruh unsur usara pada track-track di mesin, kemudian sekaligus mengatur level volume masing-masing suara itu sesuai kebutuhan, atau dengan kata lain ia melakukan pekerjaan mixing.

Demikian langkah-langkah standar prosedur kerja editing diatas merupakan pola kerja non linear editing dengan mesin Avid, akan tetapi seperti telah disebutkan diatas bahwa secara umum standar prosedur kerja dari macam-macam mesin editing itu sama, hanya saja teknik dan istilah nama kerjanya yang berbeda.

Seperti pada umumnya para seniman yang kreatif dari produk media audio visual, selalu melakukan berbagai macam cara untuk mencapai hasil yang maksimal, dimana pertama-tama membangun dahulu semua materi, kemudian memfokuskan permasalahan dan mulai memotong, mempertajam dan akhirnya memoles bentuknya hingga memunculkan seluruh gagasan pekerjaannya.

Pada pekerjaan editing, karena shot tidak dibuat dengan berurutan ketika shooting, maka selain langkah-langkah yang sudah dijelaskan diatas, segala sesuatunya harus dikembalikan kepada teori-teori yang ada dan Editor harus dapat berpikir obyektif dalam menginterpretasikan sebuah film, walaupun pandangan subyektifnya terus melekat dalam benaknya dan itulah merupakan tantangan terbesar untuk menentukan hasil akhir dari pekerjaan Editing.

Bab III Penutup

Kesimpulan

Editing yaitu kegiatan memotong-motong gambar yang panjang, menyambung potongan-potongan gambar yang bercerita (memiliki sekuen) dalam durasi yang ditentukan, dan siap ditayangkan pada waktunya. (J.B Wahyudi: 2004)

Editing  dibangun oleh beberapa elemen. Hasil dari sebuah editing tergantung pada bagaimana elemen tersebut digunakan, bagus tidaknya dan apakah gambar mengganggu atau tidak saat ditonton. Pada prinsipnya editing bukan hanya memotong dan menyambung shot, namun yang perlu diperhatikan bahwa setiap shot memiliki aspek ruang dan waktu. Maka perhitungkan bagaimana susunan shot tersebut efisien dan tidak bertentangan dengan logika penonton

Ada banyak alasan kita melakukan pengeditan dan pendekatan editing sangat bergantung dari hasil yang kita inginkan, yang terpenting adalah ketika kita melakukan pengeditan, pertama adalah menetapkan tujuan kita melakukan editing

Video merupakan gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satuan fps (frame per second).

Ada beberapa metode dalam pengeditan video dan masing-masing metode ini mempunyai proses yang berbeda. Meski saat ini, metode non linear editing paling banyak digunakan, utamanya para editor profesional, ada baiknya bagi kita mempelajari berbagai metode editing ini.

Daftar Pustaka

http://hari-sukabumi.blogspot.com/p/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

http://ichsantikamilah.blogspot.com/2012/04/tahap-tahap-editing.html

http://sieditor.blogspot.com/2012/03/pengertian-editing.html

Untuk yang mau download dalam format .docx silahkan :
MakalahEditing-kelompok 5

http://nekotears.blogspot.com/2013/11/tahapan-prosedur-kerja-editing-video.htmlEditing-kelompok 5

Prinsip Kerja Satelit

Menurut Dwi Ananto Widjojo Satelit adalah stasiun relay yang digantung di langit (2013:232)

Sinyal dari bumi yang sampai di satelit sangat lemah, sebab sinyal yang dikirim bumi hingga mencapai satelit akan menempuh lintasan(path) yang sangat jauh, sehingga sinya mengalami redaman (free space path loss) yang sangat besar. Redaman ini disebabkan karena sifat radiasi gelombang elektromagnetik yang dayanya makin melemah sebanding dengan kuadrat  dari jarak yang ditempuhnya.

PRINSIP KERJA SATELIT

Agar sinyal yang sangat lemah bisa dipancarkan kembali ke bumi, dibutuhkan rangkaian penguat yang bertingkat-tingkat.

01

Pada tingkat pertama sinyal diperkuat oleh gain antena penerima, kemudina diperkuat lagi oleh LNA (Low Noise Amplifier), lalu setelah levelnya cukup selanjutnya sinyal dimasukan ke mixer-1 untuk digeser frekuensinya ke frekuensi L-Band

02

Penggeseran frekuensi akan menyebabkan level sinyal menjadi turun, sehingga sinyal harus diperkuat lagi oleh penguat L-Band. Setelah levelnya cukup, sinyal kemudian dimasukan lagi ke mixer-2 untuk digeser lagi frekuensinya ke frekuansi kerjanya (frekuensi down-link). Pada tahap ini sinyal kemudian diperkuat lagi oleh HPA (High Power Amplifier).

03

Pada tahap akhir , sinyal kemudian diperkuat lagi oleh antena pemancar dan menghasilkan apa yang disebut dengan EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power), yaitu besarnya daya sinyal dibandingkan terhadap daya yang dipancarkan oleh antena isotropis. Besarnya sinyal yang dinyatakan dalam EIRP inilah yang kemudian oleh satelit dipancarkan kembali ke bumi.

04

Sumber : ppt Tehnik Penyiaran dari Bapak M. Agung F